Reflesi Baru Dari Sebuah Asa

Lima tahun kian berlalu dimana warga Jogja digegerkan oleh adanya bencana alam gempa bumi yang mana konon disana-sini segelintir orang meneriakan kabar yang begitu memukau tapi nian dapat membuat hati dan otak kita terbedah kacau yakni laut tsunami, gunung merapi meletus dan daratan gempa tapi diantar itu semua salah yang memang tidak terelakkan hanya satu gempa bumi yang berpusat di Bantul tapi manusia itu sunggu berlebihan hingga ada yang mengatakan KIAMAT. Sungguh kejam nian orang itu. Mulutmu harimaumu maka jagalah ucapanmu bahkan ada yang mengatakan ucapan adalah do'a yang terselubung. Maka kita memang harus senantiasa merefleksikan dan terbiasa untuk tidak melihat cara pandang yang umum orang melihat, tidak sampai disitu kita saja tapi juga memang bersiap untuk melawan bencana bukan mempersiapkan tuk membangun 3 rumah atau bahkan 10 rumah yang bernotaben di daerah berbeda semua ada yang di jawa, sumatra bahkan negara sahabat namun bukan itu tapi kita harus tetap ingat kepada Allah dimana kita berada dan kapanpun karena Allah adalah Tuhan semesta alam yang menciptakan, pemilik, penguasa dan pemilihara seisinya. Maka janganlah sekali-kali dirimu untuk mengkafirkan dirimu disengaja maupun tak disengaja bahkan mengotori asma Allah. Dan yang nampaknya peristiwa itu tadi dikenang kembali dengan dikemas lewat upacara di alun-alun utara dengan membunyikan sirine pada tepat waktu 05.55 WIB yang menyimbolkan datangnya gempa untuk mensukseskan misinya dengan memporak-porandakan Bantul dan sekitarnya yang sebgai pusat gempa pada waktu itu dengan kekuatan 5,9 skala richter.